Skip to main content

Ketika Kata-Kata Mutiara Jadi Angin Surga yang Hampa

Oke, siapa yang nggak pernah lihat kata-kata mutiara dan kalimat motivasi berseliweran di timeline media sosial? Pasti semua pernah, kan? Nah, yang bikin gregetan itu, banyak banget dari kata-kata bijak ini datang dari orang-orang yang hidupnya serba kecukupan, anak-anak konglomerat, atau yang bakal jadi bos besar karena orangtuanya punya perusahaan gede.

Masalahnya, buat mereka yang dari kecil udah harus berjuang keras, dari keluarga berantakan, atau bahkan bingung hari ini bisa makan apa, kata-kata mutiara dari orang-orang privilege ini sering kali berasa kayak angin surga yang hampa. Niatnya sih mau kasih semangat, tapi karena datangnya dari mereka yang nggak pernah ngerasain susahnya hidup, jadi nggak nyambung aja gitu.

Ini kayak ngomongin tentang naik gunung sama orang yang selama ini cuma liat gunung dari foto di Instagram. Mereka bisa aja bilang "Ayo semangat! Puncaknya indah kok!" tapi buat yang beneran naik gunung, tahu sendiri kan, jalannya terjal, licin, dan kadang bikin nyerah. Kata-kata motivasi dari orang yang hidup enak itu seringkali nggak ngasih dampak positif, malah bisa bikin ngerasa makin nggak dihargai perjuangannya.

Ini bukan sekedar soal kata-kata bijak yang salah tempat, tapi juga soal ketidakadilan sosial yang makin terasa. Ketika orang-orang yang punya privilege kasih nasihat tanpa ngerti realitas hidup orang lain, itu bisa bikin jurang antara yang beruntung dan yang nggak makin lebar. Bukannya kasih support, malah bikin perasaan terasing dan nggak dipahami.

Jadi, gimana dong? Mungkin kita perlu lebih hati-hati dan peka dalam nyebarin pesan-pesan motivasi. Empati itu penting, bro. Paham dulu perjuangan orang lain sebelum ngasih nasihat. Dan yang paling penting, biar yang berbagi cerita dan motivasi itu mereka yang bener-bener ngerti gimana rasanya berjuang dari bawah. Kisah-kisah nyata dari orang-orang yang udah ngelewatin berbagai rintangan itu jauh lebih ngena dan bisa bikin semangat.

Selain itu, kita juga perlu dorong platform dan media buat lebih banyak kasih ruang ke suara-suara dari berbagai latar belakang. Biar inspirasi yang ada nggak cuma dari satu sisi aja, tapi bisa dirasain semua orang. Biar semua orang bisa ngerasa terinspirasi dan termotivasi dengan cara yang relevan buat mereka.

Intinya, yuk lebih peka dan sadar. Jangan cuma jadi angin surga yang hampa, tapi jadi angin segar yang bener-bener ngasih semangat buat semua orang.

Comments

Popular posts from this blog

Al-Qur'an: Masterpiece Copywriting dari Sang Pencipta

Pernahkah Anda berpikir bahwa Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, bisa disebut sebagai bentuk copywriting yang sempurna? Bagi sebagian orang, gagasan ini mungkin terdengar unik, bahkan mengejutkan. Namun, jika kita melihat lebih dalam, keindahan, kekuatan pesan, dan pengaruh emosional dalam Al-Qur'an memang memiliki banyak kesamaan dengan elemen-elemen dalam seni copywriting . Bahkan, ia melampaui batasan copywriting modern dengan tujuan yang jauh lebih mulia dan dampak yang abadi. Mari kita bedah bersama mengapa Al-Qur'an layak disebut sebagai karya copywriting yang sempurna. Apa Itu Copywriting? Sebelum masuk ke inti pembahasan, mari kita definisikan dulu apa itu copywriting . Secara sederhana, copywriting adalah seni menulis teks yang dirancang untuk memengaruhi pembaca atau audiens agar melakukan tindakan tertentu. Dalam dunia pemasaran, ini sering kali berarti membeli produk, mendaftar layanan, atau bahkan sekadar memberikan perhatian pada suatu pesan. Teks copywriti...

Tren "We Listen, We Don't Judge": Ketika Sepak Bola Humor Salah Kaprah di Indonesia

  Sepak bola dan tren media sosial punya kesamaan menarik: dua-duanya seru, penuh strategi, tapi sering juga salah kaprah saat dimainkan di lapangan yang berbeda. Salah satu tren media sosial yang bikin geger adalah " We Listen, We Don't Judge ." Kalau diibaratkan sepak bola, ini seperti permainan passing bola yang rapi: intinya berbagi cerita tanpa  tackle  berlebihan. Tapi saat tren ini dibawa ke Indonesia, kadang rasanya seperti nonton  striker  ngotot bawa bola sendiri ke gawang... yang malah autogol. Kick-Off: Makna Asli Tren Tren " We Listen, We Don’t Judge " dimulai dengan niat mulia. Bayangkan seorang  striker  yang bekerja sama dengan tim, oper bola cantik, dan akhirnya cetak gol bersama-sama. Di tren ini, semua orang berbagi cerita lucu tentang diri sendiri, sambil memastikan nggak ada yang merasa di- tackle  habis-habisan. Misalnya: "Kemarin ngantuk banget, salah masuk kamar orang lain di hotel. Untung nggak kena  ...

Pedang yang Tak Pernah Mereka Pegang, Tapi Darahnya Menggenang

Mereka bilang Islam menyebar dengan pedang. Itu sudah lagu lama. Kaset usang yang terus diputar ulang, bahkan saat listrik mati akal sehat. Dari ruang kelas hingga siaran televisi, dari artikel ilmiah yang pura-pura netral hingga obrolan kafe yang penuh superioritas samar—semua ikut bernyanyi dalam paduan suara yang berlagak objektif, tapi sebenarnya penuh kebencian dan ketakutan yang diwariskan secara turun-temurun. Konon, agama ini ekspansionis. Konon, para penganutnya doyan perang. Tapi mari kita berhenti sejenak. Tarik napas. Lihat sekeliling. Lihat reruntuhan di Irak yang bahkan belum sempat dibangun kembali. Lihat anak-anak di Gaza yang hafal suara drone lebih daripada suara tawa. Lihat reruntuhan peradaban yang ditinggal pergi oleh para pembawa “perdamaian.” Lalu tanya satu hal sederhana: siapa sebenarnya yang haus darah? Barat menyukai wajahnya sendiri di cermin. Tapi bukan cermin jujur—melainkan cermin sihir seperti di kisah ratu jahat. Di dalamnya, wajah pembantai bisa te...