Skip to main content

Syirik Kontemporer dan Fenomena Cek Khodam di Masyarakat Indonesia:


Syirik adalah perbuatan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, dan dalam Islam, ini dianggap sebagai dosa terbesar. Dalam konteks modern, syirik masih berkembang dengan berbagai bentuk yang disesuaikan dengan zaman. Salah satu fenomena syirik yang kini menjadi perhatian di Indonesia adalah praktik cek khodam.

Apa itu Syirik Kontemporer?

Syirik kontemporer merujuk pada bentuk-bentuk syirik yang muncul atau berkembang dalam konteks modern. Meskipun tampak baru, akar dari praktik ini seringkali berakar pada kepercayaan dan tradisi lama yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Beberapa bentuk syirik kontemporer yang marak di masyarakat antara lain:

  • Percaya pada Jimat dan Benda Bertuah: Banyak orang yang masih percaya bahwa benda tertentu memiliki kekuatan supranatural yang dapat melindungi atau membawa keberuntungan. Ustaz Khalid Basalamah menyatakan, "Memakai jimat untuk perlindungan atau keberuntungan adalah bentuk syirik karena kepercayaan itu menandingi kekuasaan Allah." [1]
  • Perdukunan dan Paranormal: Meskipun teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang, konsultasi dengan dukun atau paranormal masih sering terjadi. Banyak yang meyakini bahwa mereka dapat memecahkan masalah melalui bantuan makhluk gaib. Dalam satu ceramahnya, Ustaz Abdul Somad mengingatkan, "Mendatangi dukun atau paranormal dan mempercayai ucapannya adalah bentuk syirik yang sangat jelas dalam Islam." [2]
  • Cek Khodam: Fenomena ini melibatkan pengecekan apakah seseorang memiliki khodam atau makhluk gaib yang menyertai dan melindungi mereka. Ustaz Adi Hidayat menegaskan, "Percaya pada khodam dan mengeceknya adalah bentuk nyata dari syirik, karena menisbahkan kekuatan dan perlindungan kepada selain Allah." [3]

Siapa yang Terlibat dalam Syirik Kontemporer?

Fenomena cek khodam melibatkan berbagai pihak di masyarakat Indonesia, termasuk:

  • Individu: Mereka yang merasa tidak aman atau tidak puas dengan keadaan hidup mereka mencari kepastian dan keamanan melalui cara-cara yang tidak logis.
  • Dukun dan Paranormal: Mereka yang menyediakan jasa cek khodam dan praktik-praktik lain yang dianggap dapat memberikan perlindungan atau keberuntungan ekstra.
  • Tokoh Agama dan Peneliti: Mereka yang berusaha mengedukasi masyarakat mengenai bahaya syirik dan pentingnya kembali kepada ajaran tauhid. "Edukasi agama yang benar dan terus-menerus diperlukan untuk mencegah umat dari praktik-praktik syirik," kata Dr. Agus Purwanto, pakar studi Islam. [9]

Di Mana Syirik Kontemporer dan Cek Khodam Terjadi?

Syirik kontemporer dan cek khodam terjadi di berbagai tempat di Indonesia, dengan variasi yang bergantung pada konteks budaya dan lokalitas. Beberapa daerah dengan tradisi kuat terhadap kepercayaan supranatural, seperti Jawa, Bali, dan beberapa bagian Sumatra, menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi. Sejarawan budaya lokal, Peter Suwarno, mencatat, "Budaya lokal di Jawa memiliki sejarah panjang mengenai kepercayaan terhadap makhluk gaib yang dipercaya bisa melindungi dan membawa keberuntungan." [5]

Kapan Fenomena Cek Khodam Marak Terjadi?

Fenomena cek khodam telah ada sejak lama, namun mengalami peningkatan popularitas dalam beberapa tahun terakhir. Faktor-faktor seperti krisis identitas, ketidakamanan sosial, dan perkembangan teknologi, khususnya internet dan media sosial, telah mempercepat penyebarannya. Peneliti media sosial, Iswandi Syahputra, menjelaskan, "Media sosial memfasilitasi penyebaran cepat dari praktik-praktik yang tidak didukung oleh bukti ilmiah, termasuk cek khodam." [6]

Bagaimana Syirik Kontemporer Terjadi dan Apa Dampaknya?

Syirik kontemporer, termasuk cek khodam, terjadi melalui:

  • Pengaruh Budaya dan Tradisi Lokal: Kepercayaan terhadap khodam seringkali berakar pada tradisi dan budaya lokal yang sudah lama ada. Psikolog Sarlito Wirawan Sarwono mengungkapkan, "Kepercayaan pada hal-hal supranatural seringkali muncul dari rasa ketidakamanan dan kebutuhan untuk merasa terlindungi." [4]
  • Kemudahan Akses Informasi: Internet dan media sosial mempermudah orang untuk mengakses informasi mengenai khodam dan cara untuk mengeceknya. Hal ini membuat praktik cek khodam semakin meluas.

Dampaknya:

  • Pelanggaran Prinsip Tauhid: Mempercayai adanya khodam yang memiliki kekuatan tertentu bertentangan dengan prinsip tauhid. "Tauhid adalah fondasi utama dalam Islam, dan mempercayai kekuatan selain Allah merusak fondasi tersebut," kata Ustaz Yusuf Mansur. [7]
  • Larangan Syirik dalam Islam: Dalam Al-Qur'an, Allah berulang kali melarang syirik dan menegaskan bahwa dosa ini tidak akan diampuni jika seseorang tidak bertaubat sebelum meninggal. Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. An-Nisa: 48) [8]

Syirik kontemporer, termasuk praktik cek khodam, menunjukkan bahwa meskipun zaman telah berubah, kepercayaan lama masih memiliki tempat dalam masyarakat modern. Hal ini menekankan pentingnya edukasi agama yang benar dan terus-menerus dalam mengarahkan umat agar tidak terjerumus dalam praktik-praktik yang menyimpang dari ajaran Islam. Masyarakat perlu diajak untuk kembali kepada ajaran tauhid dan menjauhi segala bentuk syirik, baik yang tradisional maupun yang kontemporer.


Catatan Kaki:

  1. Ustaz Khalid Basalamah, Ceramah "Bahaya Syirik", 2021.
  2. Ustaz Abdul Somad, Tanya Jawab Agama, 2020.
  3. Ustaz Adi Hidayat, Diskusi "Memahami Khodam dan Syirik", 2022.
  4. Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi dalam Kehidupan Sehari-hari, 2019.
  5. Peter Suwarno, Budaya Jawa dan Kepercayaan Lokal, 2018.
  6. Iswandi Syahputra, Dampak Media Sosial terhadap Masyarakat, 2021.
  7. Ustaz Yusuf Mansur, Kuliah Tauhid, 2020.
  8. Al-Qur'an, Surat An-Nisa: 48.
  9. Dr. Agus Purwanto, Pendidikan Islam dan Tantangan Modern, 2019.

 

Comments

Popular posts from this blog

Al-Qur'an: Masterpiece Copywriting dari Sang Pencipta

Pernahkah Anda berpikir bahwa Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, bisa disebut sebagai bentuk copywriting yang sempurna? Bagi sebagian orang, gagasan ini mungkin terdengar unik, bahkan mengejutkan. Namun, jika kita melihat lebih dalam, keindahan, kekuatan pesan, dan pengaruh emosional dalam Al-Qur'an memang memiliki banyak kesamaan dengan elemen-elemen dalam seni copywriting . Bahkan, ia melampaui batasan copywriting modern dengan tujuan yang jauh lebih mulia dan dampak yang abadi. Mari kita bedah bersama mengapa Al-Qur'an layak disebut sebagai karya copywriting yang sempurna. Apa Itu Copywriting? Sebelum masuk ke inti pembahasan, mari kita definisikan dulu apa itu copywriting . Secara sederhana, copywriting adalah seni menulis teks yang dirancang untuk memengaruhi pembaca atau audiens agar melakukan tindakan tertentu. Dalam dunia pemasaran, ini sering kali berarti membeli produk, mendaftar layanan, atau bahkan sekadar memberikan perhatian pada suatu pesan. Teks copywriti...

Tren "We Listen, We Don't Judge": Ketika Sepak Bola Humor Salah Kaprah di Indonesia

  Sepak bola dan tren media sosial punya kesamaan menarik: dua-duanya seru, penuh strategi, tapi sering juga salah kaprah saat dimainkan di lapangan yang berbeda. Salah satu tren media sosial yang bikin geger adalah " We Listen, We Don't Judge ." Kalau diibaratkan sepak bola, ini seperti permainan passing bola yang rapi: intinya berbagi cerita tanpa  tackle  berlebihan. Tapi saat tren ini dibawa ke Indonesia, kadang rasanya seperti nonton  striker  ngotot bawa bola sendiri ke gawang... yang malah autogol. Kick-Off: Makna Asli Tren Tren " We Listen, We Don’t Judge " dimulai dengan niat mulia. Bayangkan seorang  striker  yang bekerja sama dengan tim, oper bola cantik, dan akhirnya cetak gol bersama-sama. Di tren ini, semua orang berbagi cerita lucu tentang diri sendiri, sambil memastikan nggak ada yang merasa di- tackle  habis-habisan. Misalnya: "Kemarin ngantuk banget, salah masuk kamar orang lain di hotel. Untung nggak kena  ...

Pedang yang Tak Pernah Mereka Pegang, Tapi Darahnya Menggenang

Mereka bilang Islam menyebar dengan pedang. Itu sudah lagu lama. Kaset usang yang terus diputar ulang, bahkan saat listrik mati akal sehat. Dari ruang kelas hingga siaran televisi, dari artikel ilmiah yang pura-pura netral hingga obrolan kafe yang penuh superioritas samar—semua ikut bernyanyi dalam paduan suara yang berlagak objektif, tapi sebenarnya penuh kebencian dan ketakutan yang diwariskan secara turun-temurun. Konon, agama ini ekspansionis. Konon, para penganutnya doyan perang. Tapi mari kita berhenti sejenak. Tarik napas. Lihat sekeliling. Lihat reruntuhan di Irak yang bahkan belum sempat dibangun kembali. Lihat anak-anak di Gaza yang hafal suara drone lebih daripada suara tawa. Lihat reruntuhan peradaban yang ditinggal pergi oleh para pembawa “perdamaian.” Lalu tanya satu hal sederhana: siapa sebenarnya yang haus darah? Barat menyukai wajahnya sendiri di cermin. Tapi bukan cermin jujur—melainkan cermin sihir seperti di kisah ratu jahat. Di dalamnya, wajah pembantai bisa te...