Jangan pernah meremehkan Indonesia kalau urusan bertahan dari serangan negara lain. Kita ini bukan cuma sekadar negara berkembang, tapi negara yang berkembang biak dengan kreativitas tak terbatas. Kalau ada yang coba-coba menyerang, mereka harus siap menghadapi hal-hal yang bahkan tak ada dalam buku strategi militer manapun.
Pertama-tama, sebelum serangan fisik dimulai, perang bakal terjadi di kolom komentar. Setiap pernyataan pemerintah musuh akan diserbu ribuan netizen dengan gaya barbar khas Nusantara. Jangan harap bisa menang adu argumen, karena mereka akan diserang dengan template “Serang? Share lokasi dulu, Bang!”, “Awas kena UU ITE!”, atau “Nggak takut emak lo manggil suruh beli kecap?”.
Begitu invasi darat dimulai, pasukan musuh yang baru turun dari kendaraan tempur langsung kena gerombolan emak-emak. Jangan salah, ini bukan emak-emak biasa. Ini emak-emak yang sudah kenyang antre minyak goreng dan rebutan diskon Indomaret. Mereka bakal membentak tentara musuh yang parkir sembarangan di tengah jalan. "Minggir dulu, Nak! Ini jalan umum, bukan punya nenek moyangmu!" Kalau nekat melawan, mereka siap dikejar dengan sendal jepit terbang berkecepatan Mach 2.
Selanjutnya, tentara musuh yang berusaha masuk ke pemukiman harus menghadapi tantangan sesungguhnya: preman pasar. Setiap mereka lewat, otomatis dipalak. "Bro, jalan sini bayar pajak dulu, bos." Kalau nggak ada uang tunai? "Nggak masalah, transfer aja. Tapi kena biaya admin." Mau melawan? Langsung kena "pengamanan area" alias dijadikan buruh bongkar muat.
Yang berhasil lolos dari preman, akan masuk ke zona paling berbahaya: posko ormas. Ini lebih mematikan daripada tank tempur. Begitu ketahuan mereka bawa uang, langsung disodorin proposal dengan judul "Tanpa mengurangi rasa hormat, mohon bantuannya." Ingat, ini bukan permohonan dari musuh, melainkan dari pihak Indonesia yang "menawarkan" perdamaian dengan syarat tertentu. Kalau mereka benar-benar mau damai, ya harus menyanggupi isi proposal tersebut.
Minta damai? Harus bayar biaya keamanan.
Mau negosiasi? Harus ada "uang lelah."
Nggak mau bayar? Siap-siap kena sweeping dan kendaraan tempur kena retribusi parkir ilegal.
Setelah seharian bertahan, tentara musuh yang kelelahan akhirnya coba menyerah total. Tapi di Indonesia, menyerah juga ada syaratnya. Mereka harus menandatangani surat pernyataan dengan format resmi:
"Dengan ini kami bermaksud mengajukan permohonan perdamaian. Sebagai bentuk itikad baik, kami juga melampirkan bantuan dana demi keamanan dan kelancaran bersama. Tanpa mengurangi rasa hormat, mohon bantuannya."
Pada akhirnya, tentara musuh yang tadinya niat invasi malah balik ke negaranya dalam keadaan mengenaskan: baju hilang, dompet lenyap, mental hancur, dan hanya tersisa celana dalam.
Indonesia? Masih tetap tenang, siap menghadapi siapa pun dengan senjata paling ampuh: netizen, emak-emak, preman pasar, dan proposal ormas yang lebih kuat dari rudal balistik.
Comments
Post a Comment