Semalam aku berbincang-bincang dengan sang rembulan. Kami membicarakan sosok yang dia rindukan. Kami membicarakan sosok yang mungkin tak akan pernah dia bertemu dengannya.
Dia membicarakan sang mentari. Sosok yang hanya dia ketahui dari pembicaraan angin sore dan gerimis menuju malam. Sosok yang tak pernah dia temui secara langsung.
Sang bulan pernah menitipkan salam lewat angin dan embun pagi. Tapi sinar hangatnya langsung menghapus semuanya.
Sepanjang malam kami mengobrol, bersama bintang-bintang dan mahkluk malam. Bersama angin malam dan kegelapan.
Dalam hati aku berjanji akan menyampaikan salam rindunya kepada sang mentari. Tapi setelah pagi menjelang, aku tak bisa melakukannya. Panasnya menghalangiku untuk mendekatinya. Dan cahayanya yang menyilaukan membuatku merasa dia sangat mulia.
Oh rembulan, bagaimana bisa kau merindukan sosok yang tak pernah kau temui? Namun ternyata aku pun demikian. Aku merindukan sosok yang aku belum pernah bertemu dengannya. Aku merindukan Rasulullah.
Comments
Post a Comment