Dalam dunia rekrutmen, ada satu hal sederhana yang sering diabaikan: memberi kepastian kepada kandidat yang tidak lolos seleksi. Padahal, ini bukan hanya soal sopan santun, tetapi juga cerminan profesionalisme dan integritas sebuah perusahaan.
Bayangkan seseorang telah meluangkan waktu untuk menyusun CV, menulis surat lamaran, menunggu panggilan wawancara, lalu datang dengan penuh harapan. Mereka melewati tahap demi tahap seleksi dengan harapan mendapatkan kesempatan, tetapi kemudian, hening. Tidak ada kabar. Tidak ada email. Tidak ada kepastian. Lama-kelamaan mereka menyadari bahwa ketidakjelasan itu adalah jawabannya.
Di sisi lain, perusahaan mungkin merasa tidak perlu menginformasikan hasil seleksi kepada kandidat yang tidak terpilih. Alasannya beragam, mulai dari keterbatasan waktu, jumlah pelamar yang terlalu banyak, atau sekadar menganggap bahwa diam adalah jawaban yang cukup. Namun, sebetulnya ini bukan hanya soal memberikan kabar, melainkan juga membangun citra dan kredibilitas perusahaan.
Memberikan informasi kepada kandidat, meskipun sekadar pesan singkat yang menyampaikan bahwa mereka belum berhasil kali ini, memiliki dampak besar. Pertama, ini menunjukkan rasa hormat terhadap usaha dan waktu yang telah mereka investasikan. Kedua, ini mencerminkan budaya profesional yang menghargai komunikasi terbuka dan transparan. Dan ketiga, ini membantu membangun hubungan baik antara perusahaan dan para profesional di industri yang sama.
Tidak sedikit orang yang mungkin merasa kecewa ketika tidak mendapatkan kepastian setelah proses rekrutmen. Sebaliknya, ketika sebuah perusahaan memberi tahu hasilnya—walaupun itu bukan kabar baik—setidaknya ada penutupan yang jelas. Kandidat bisa melanjutkan perjalanan mereka tanpa terus bertanya-tanya.
Tentu, dengan jumlah pelamar yang banyak, menghubungi satu per satu mungkin terasa berat. Namun, ada banyak cara yang bisa dilakukan, seperti email otomatis yang tetap terdengar manusiawi atau template komunikasi yang bisa dikustomisasi sesuai kebutuhan. Yang terpenting, tetap ada komunikasi.
Bukan tidak mungkin, kandidat yang saat ini belum lolos bisa menjadi aset berharga di masa depan. Mereka bisa berkembang, mendapatkan pengalaman lebih, dan suatu saat kembali dengan kualifikasi yang lebih matang. Jika perusahaan telah menunjukkan integritas sejak awal, hubungan baik itu bisa tetap terjaga.
Jadi, alih-alih membiarkan ketidakpastian menjadi jawaban, mengapa tidak memilih untuk bersikap lebih profesional dan menghargai mereka yang telah berusaha? Bagaimanapun juga, komunikasi yang baik bukan hanya tentang etika, tetapi juga tentang membangun ekosistem kerja yang lebih sehat dan saling menghargai.
Comments
Post a Comment