Fajar kelam menyelimuti Turin. Di langit yang muram, cahaya kejayaan Juventus perlahan meredup, tergerus gelombang hukuman yang menjatuhkan mereka ke lembah pengasingan Serie B. Skandal telah menenggelamkan kapal megah itu, membuat banyak ksatria mempertanyakan kesetiaan mereka.
Di antara mereka, ada dua nama besar—Alessandro Del Piero, sang kapten agung yang menjadi jiwa klub, dan Fabio Cannavaro, sang peraih kejayaan di kancah dunia.
Malam itu, Cannavaro mendatangi Del Piero, membawa kabar dari negeri yang lebih cerah. Real Madrid, istana putih nan megah, telah membuka gerbangnya, menawarkan pelarian dari kegelapan yang menyelimuti Juventus.
"Alex," ucap Cannavaro, suaranya penuh harap, "kau tidak harus ikut tenggelam dalam kehancuran ini. Madrid menginginkanmu. Kita bisa tetap bersinar di tempat lain."
Namun, Del Piero hanya tersenyum kecil, senyum seorang pria yang telah bersumpah pada tanah tempatnya berpijak. Dengan tatapan yang teguh, ia berkata:
"Tidak, Fabio. Seorang kapten adalah yang terakhir meninggalkan kapal ketika ia tenggelam. Juventus adalah rumahku. Jika ia harus melewati malam yang kelam, maka aku akan menjadi bintangnya."
Sejenak, kesunyian menyelimuti mereka. Cannavaro menunduk, merasakan sesuatu yang perih dalam hatinya. Ia, seorang juara dunia, telah memilih meninggalkan kapal yang karam, sementara di hadapannya berdiri seorang kapten yang menolak berkhianat.
Pagi berikutnya, nasib mereka terpisah. Cannavaro pergi ke Madrid, mengejar piala dan kemenangan. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia tahu bahwa ada sesuatu yang telah hilang—kehormatan yang tak bisa ditebus oleh trofi.
Sementara itu, Del Piero tetap berdiri di Turin. Di tengah derita, ia memimpin pasukannya, mengarungi badai, dan menyalakan api kebangkitan. Dan saat Juventus kembali ke puncak, namanya tidak hanya dikenang sebagai legenda, tetapi sebagai simbol kesetiaan yang tak tergoyahkan.
Sejarah akhirnya menuliskan kisah ini: bahwa di saat gelap, hanya sedikit yang tetap teguh. Bahwa kesetiaan bukanlah pilihan yang mudah, tetapi sebuah kehormatan yang hanya dimiliki oleh mereka yang benar-benar setia.
Dan dalam epos ini, hanya ada satu nama yang berhak dikenang sebagai sang kapten sejati—Alessandro Del Piero.
Comments
Post a Comment