Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2024

Seekor Ikan dalam Ember

Di sebuah desa nelayan, ada seorang anak kecil yang menemukan ikan kecil di sungai. Ia merasa kasihan karena ikan itu terjebak di air yang dangkal, jadi ia memutuskan untuk membawa ikan itu pulang dan menaruhnya di sebuah ember kecil. Setiap hari, anak itu memberi makan ikan tersebut dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Waktu berlalu, dan ikan itu tumbuh sedikit lebih besar, tapi tetap hidup di dalam ember kecil itu. Suatu hari, paman anak itu, yang adalah seorang nelayan berpengalaman, datang berkunjung. Ia melihat ikan itu dan berkata, "Ikan ini bisa tumbuh lebih besar, tetapi ia tidak akan pernah mencapai potensinya di dalam ember ini. Jika kau membawanya kembali ke sungai atau lautan, ia bisa tumbuh jauh lebih besar dan bebas berenang ke mana pun ia mau." Anak itu kaget mendengar hal tersebut. Ia tidak menyadari bahwa ikan kesayangannya hanya tumbuh sebesar ember tempat tinggalnya. Dengan berat hati, anak itu akhirnya membawa ikan itu kembali ke sungai dan melepaskan...

Musik Grunge sebagai Proklamasi Pemberontakan Kaum Muda terhadap Kemapanan

  Musik sering menjadi cara paling lantang untuk menyuarakan kegelisahan. Di akhir 1980-an hingga pertengahan 1990-an, grunge muncul dari sudut dingin Seattle, bukan hanya sebagai genre musik, tapi juga sebagai bentuk perlawanan terhadap kemapanan. Dengan pengaruh kuat dari punk rock yang juga anti kemapanan, grunge membangun identitasnya sendiri—mentah, jujur, dan tanpa kompromi. Grunge dan Jejak Punk Seperti kakaknya, punk, grunge muncul dengan semangat "lawan arus." Punk membawa energi liar dan sikap anti-otoritas yang menjadi akar bagi grunge. Tetapi grunge memberikan sentuhan yang lebih introspektif dan suram. Jika punk adalah teriakan kemarahan, maka grunge adalah gumaman frustrasi dan kelelahan. Grunge mempertahankan pemberontakan punk dengan nada gitar yang berisik dan distorsi berat, tetapi liriknya cenderung melibatkan rasa sakit emosional dan alienasi. Kurt Cobain dari Nirvana pernah berkata, "I feel stupid and contagious," dalam lagu *"Smells Like T...

Membaca Buku Fisik di Era Digital: Tradisi yang Tak Tergantikan

Di tengah gemuruh era digital, membaca buku fisik masih memegang tempat istimewa di hati banyak orang, bahkan di negara-negara maju. Meskipun teknologi telah memberikan kita akses ke ribuan e-book, artikel online, dan video edukasi, buku fisik tetap menjadi medium yang tak tergantikan. Kenapa demikian? 1. Koneksi Lebih Dalam Membaca buku fisik menawarkan pengalaman yang lebih intim dan fokus. Tidak ada notifikasi yang mengganggu, tidak ada godaan untuk membuka aplikasi lain. Ketika kita memegang buku, kita sepenuhnya hadir dalam momen itu, menikmati kata demi kata tanpa distraksi. 2. Membantu Memori dan Pemahaman Penelitian menunjukkan bahwa membaca dari halaman fisik meningkatkan retensi informasi dibandingkan membaca di layar. Interaksi langsung dengan buku, seperti menandai halaman atau membuat catatan di pinggir kertas, membantu kita memahami dan mengingat lebih baik. 3. Manfaat Kesehatan Membaca di layar perangkat elektronik dalam waktu lama sering menyebabkan digital eye strain a...

Guru dan Pejabat: Ketimpangan Upah di Negeri Tanpa Logika

  Bayangkan Ini: Seorang guru honorer mengajar dengan penuh dedikasi. Setiap hari, ia berdiri di depan kelas, berusaha mencetak generasi penerus bangsa dengan segala keterbatasan fasilitas dan gaji. Dengan upah rata-rata Rp500 ribu hingga Rp1 juta per bulan, ia harus memutar otak, bukan hanya untuk mengajar, tapi juga untuk bertahan hidup. Di sisi lain, seorang pejabat dengan gaji pokok Rp19 juta per bulan duduk nyaman di kursinya, berdiskusi mengenai “peningkatan kualitas pendidikan.” Ironis? Tentu saja. Tapi, ini bukan fiksi; ini realita Indonesia.gov Sebelum kita masuk lebih dalam, mari kita perjelas satu hal: guru bukanlah “pahlawan tanpa tanda jasa.” Itu istilah yang sudah ketinggalan zaman. Guru adalah profesional yang layak mendapatkan imbalan layak, bukan hanya tepukan di pundak. Bagaimana mungkin kita mengharapkan pendidikan berkualitas sementara para pendidiknya harus memulung atau bekerja sampingan untuk menyambung hidup? Gaji Pejabat vs. Gaji Guru: Ada yang Salah? Coba ...

Cara Sekolah Negeri Bisa Menambah Pemasukan: Solusi Kreatif di Era Digital

Sekolah negeri di Indonesia sering menghadapi masalah klasik: kebutuhan operasional yang besar, tetapi dana yang terbatas. Meskipun pemerintah menyediakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), kenyataannya dana ini sering kali tidak mencukupi untuk menutup semua biaya yang diperlukan, seperti perawatan fasilitas, gaji guru honorer, hingga listrik. Akibatnya, banyak sekolah yang mengandalkan sumbangan sukarela dari orang tua murid. Tapi, apakah hanya itu satu-satunya cara? Tentu tidak! Ada banyak ide kreatif yang bisa diterapkan sekolah untuk menambah pemasukan. Mari kita bahas beberapa ide yang bisa jadi solusi nyata! 1. Menggali Potensi Platform Digital Sekolah-sekolah modern saat ini mulai merambah dunia digital, dan ini bisa jadi cara baru untuk menambah pendapatan. Salah satu contohnya adalah dengan membuat akun di YouTube, Instagram, atau platform digital lainnya. Bayangkan, sekolah membuat konten-konten edukasi yang bermanfaat. Guru-guru bisa membuat video pembelajaran atau tutori...

Mievember Rain

"Yang hujan turun lagi," suara Ratih Purwasih seakan menggema di pikiranku. Lebih tepatnya mengalun di benakku. Karena sekarang setiap sore langit akan menjadi gelap yang kemudian menurunkan hujan.   Tidak salah kalau William Bruce Rose Jr terinspirasi dengan keadaan ini, hingga menjadikannya sebuah lagu. Lagu yang membuatku terlempar kembali ke era 90-an.   Aaaah... aku jadi lapar.   Sore yang sejuk, ditambah suara jatuhnya air hujan, dan sesekali ditambah gelegar petir membuatku enggan beranjak dari tempat tidurku. Tapi segerombolan cacing tidak tahu diri berunjuk rasa. Memaksaku untuk makan sesuatu.   Satu yang langsung terlintas di pikiranku. Semangkuk Ind#mie rebus pedas. Dengan sisa-sisa kekuatan di tubuhku, aku melangkah menuju dapur.   Tak peduli dari varian mana yang akan aku eksekusi. Selama itu ditambahkan telur ayam, cabe rawit, bakso, daun bawang, bawang bombay, bawang merah, bawang putih, minyak bawang merah, minyak bawang putih, minyak wijen, miny...

Polisi Ala Koboi di Film Hollywood: Gaya Brutal, Tembak Dulu, Tanya Belakangan

Pernah nggak nonton film aksi Hollywood tahun 80-an atau 90-an dan mikir, "Kok polisi di sini kayaknya lebih mirip pemburu hadiah ketimbang aparat penegak hukum?" Selamat datang di dunia polisi ala "koboi"—yang lebih suka menembak dulu baru mikir belakangan. Mereka ini kayak sheriff Wild West tapi minus topi koboi dan kuda. Gaya brutal, aksi meledak-ledak, dan kata-kata keren jadi ciri khas mereka. Mari kita bahas serunya tren polisi koboi ini sambil nostalgia dan mungkin ngakak kecil di tengah-tengahnya. Polisi Koboi: Siapa Mereka? Mau tahu tanda-tandanya? Gampang kok! Polisi koboi ini biasanya: Kerja sendirian meskipun punya partner (partnernya cuma figuran). Anti perintah atasan. Motto mereka: "Aturan itu buat bikin kerjaan tambah ribet." Jago nembak, entah kapan sempat latihan. Suka ngomong tagline keren yang bikin lawan langsung ciut. Salah satu contohnya, Marion Cobretti alias "Cobra" (Sylvester Stallone) di film Cobra (1986). Dengan penuh...

Skater Boy

  Sabrina duduk di bangku taman, pandangannya tertuju pada sekelompok anak muda yang sedang bermain skateboard di lapangan beton di depannya. Mereka tertawa, bersorak, dan bersaing satu sama lain, seakan dunia hanya milik mereka. Di antara mereka, ada seorang pemuda yang mencuri perhatiannya. Topi terbalik, rambut berantakan, dan kaos hitam dengan celana jeans yang sudah robek di lutut – dia adalah skater boy itu. Lelaki yang dulu pernah menawarkan dunianya, dan yang Sabrina tinggalkan. Nama pemuda itu adalah Ryan. Dua tahun lalu, ketika mereka masih duduk di bangku SMA, dia mendekati Sabrina. Mereka bukan dari dunia yang sama—Sabrina adalah anak populer, kapten tim cheerleader, dengan segudang aktivitas sosial yang menempatkannya di puncak hierarki sekolah. Ryan, di sisi lain, adalah tipikal anak yang selalu muncul terlambat, bolos pelajaran, dan lebih memilih mempraktikkan trik skateboard daripada peduli soal tugas matematika. Tetapi, ada sesuatu pada diri Ryan yang membuat Sabri...

Akhir yang Tenang untuk Hati yang Ikhlas

  أَنَّهُ مَنْ عَاشَ عَلَى شَيْءٍ مَاتَ عَلَيْهِ “Sungguh, siapa saja yang hidup dalam suatu kebiasaan, ia pun akan wafat di atas kebiasaan itu.” (Ibnu Katsir,  Tafsiir al-Qur’aan al-‘Azhiim , 2/101; as-Sa’adi,  Taysiir al-Kariim ar-Rahmaan fii Tafsiir Kalaam al-Manaan , 1/130). Fajar belum memecah kegelapan saat sosok lelaki renta bangkit dari peraduannya. Dengan langkah pelan, ia beranjak untuk menunaikan tahajud. Shalat sunyi di sepertiga malam yang telah menjadi kebiasaan setianya sejak muda. Ketika usai mengambil air wudhu, tiba-tiba tubuhnya terasa lemah. Ia rebah di atas kasur, terpejam, namun bibirnya masih sempat mengalunkan kalimat tauhid. Sang istri, belahan jiwanya, memanggil-manggil dengan cemas, namun tak ada sahutan. Dengan sisa tenaga yang tersisa, ia membuka mata, memandang istri tercintanya dan menariknya dalam pelukan terakhir, hangat dan penuh kasih. Setelah itu, ia berpulang, dalam damai, menyongsong pertemuan dengan Rabb-nya. Akhir yang begitu indah,...