"Kak Billy, kata temen-temen kakak bisa bahasa Spanyol ya?" tanya Miranda sambil melangkah ringan mendekati meja kerja Billy.
Billy menoleh sekilas dari balik layar MacBook-nya. "Hmm, bisa sih, kenapa?"
"Ajarin aku dong, kak." Miranda duduk di kursi di sebelahnya, memasang wajah penuh antusias.
Billy tersenyum kecil, lalu kembali fokus ke layar. "Oke, aku ajarin. Dengar baik-baik, ya. 'Te quiero a ti con todo lo que viene incluido: tus defectos, tu pasado, tus errores, tus bromas, tu sarcasmo, tus celos, tus enojos.'"
Miranda mengerutkan dahi, mencoba mencerna deretan kata yang baru saja diucapkan Billy. "Panjang banget, kak! Kayak dialog telenovela gitu, hahaha!" Dia tertawa kecil sambil menutup mulutnya.
Billy mengangkat bahu tanpa melepaskan pandangannya dari layar. "Ya gitu deh."
"Emang itu artinya apa, Kak?"
"Aku lagi kerja, dek," sahut Billy sambil mengetik cepat. "Lagi nyiapin bahan buat presentasi besok. Kalo mau belajar, nanti aja, ya."
"Iiih, nggak asik. Ya udah, aku nggak ganggu lagi." Miranda bangkit dengan ekspresi cemberut, lalu melangkah keluar ruangan. Namun sebelum pintu tertutup, dia sempat melirik Billy dengan mata yang sedikit berbinar.
Billy tetap berpura-pura sibuk di depan layar, tapi begitu langkah Miranda tak lagi terdengar, dia menghentikan pekerjaannya. Tangannya terhenti di atas keyboard.
Dia menatap ke arah pintu yang baru saja tertutup dan tersenyum kecil, hampir tak sadar melakukannya.
"Te quiero a ti con todo lo que viene incluido," bisiknya, seolah hanya untuk dirinya sendiri.
(Aku mencintaimu sepenuhnya bahkan dengan: kekuranganmu, masa lalumu, kesalahanmu, kekonyolanmu, sindiranmu, kecemburuanmu, kemarahanmu.)
Comments
Post a Comment