Skip to main content

Bahasa Spanyol dan Rahasia Hati

 


"Kak Billy, kata temen-temen kakak bisa bahasa Spanyol ya?" tanya Miranda sambil melangkah ringan mendekati meja kerja Billy.

Billy menoleh sekilas dari balik layar MacBook-nya. "Hmm, bisa sih, kenapa?"

"Ajarin aku dong, kak." Miranda duduk di kursi di sebelahnya, memasang wajah penuh antusias.

Billy tersenyum kecil, lalu kembali fokus ke layar. "Oke, aku ajarin. Dengar baik-baik, ya. 'Te quiero a ti con todo lo que viene incluido: tus defectos, tu pasado, tus errores, tus bromas, tu sarcasmo, tus celos, tus enojos.'"

Miranda mengerutkan dahi, mencoba mencerna deretan kata yang baru saja diucapkan Billy. "Panjang banget, kak! Kayak dialog telenovela gitu, hahaha!" Dia tertawa kecil sambil menutup mulutnya.

Billy mengangkat bahu tanpa melepaskan pandangannya dari layar. "Ya gitu deh."

"Emang itu artinya apa, Kak?"

"Aku lagi kerja, dek," sahut Billy sambil mengetik cepat. "Lagi nyiapin bahan buat presentasi besok. Kalo mau belajar, nanti aja, ya."

"Iiih, nggak asik. Ya udah, aku nggak ganggu lagi." Miranda bangkit dengan ekspresi cemberut, lalu melangkah keluar ruangan. Namun sebelum pintu tertutup, dia sempat melirik Billy dengan mata yang sedikit berbinar.

Billy tetap berpura-pura sibuk di depan layar, tapi begitu langkah Miranda tak lagi terdengar, dia menghentikan pekerjaannya. Tangannya terhenti di atas keyboard.

Dia menatap ke arah pintu yang baru saja tertutup dan tersenyum kecil, hampir tak sadar melakukannya.

"Te quiero a ti con todo lo que viene incluido," bisiknya, seolah hanya untuk dirinya sendiri.

(Aku mencintaimu sepenuhnya bahkan dengan: kekuranganmu, masa lalumu, kesalahanmu, kekonyolanmu, sindiranmu, kecemburuanmu, kemarahanmu.)

Comments

Popular posts from this blog

Al-Qur'an: Masterpiece Copywriting dari Sang Pencipta

Pernahkah Anda berpikir bahwa Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, bisa disebut sebagai bentuk copywriting yang sempurna? Bagi sebagian orang, gagasan ini mungkin terdengar unik, bahkan mengejutkan. Namun, jika kita melihat lebih dalam, keindahan, kekuatan pesan, dan pengaruh emosional dalam Al-Qur'an memang memiliki banyak kesamaan dengan elemen-elemen dalam seni copywriting . Bahkan, ia melampaui batasan copywriting modern dengan tujuan yang jauh lebih mulia dan dampak yang abadi. Mari kita bedah bersama mengapa Al-Qur'an layak disebut sebagai karya copywriting yang sempurna. Apa Itu Copywriting? Sebelum masuk ke inti pembahasan, mari kita definisikan dulu apa itu copywriting . Secara sederhana, copywriting adalah seni menulis teks yang dirancang untuk memengaruhi pembaca atau audiens agar melakukan tindakan tertentu. Dalam dunia pemasaran, ini sering kali berarti membeli produk, mendaftar layanan, atau bahkan sekadar memberikan perhatian pada suatu pesan. Teks copywriti...

Tren "We Listen, We Don't Judge": Ketika Sepak Bola Humor Salah Kaprah di Indonesia

  Sepak bola dan tren media sosial punya kesamaan menarik: dua-duanya seru, penuh strategi, tapi sering juga salah kaprah saat dimainkan di lapangan yang berbeda. Salah satu tren media sosial yang bikin geger adalah " We Listen, We Don't Judge ." Kalau diibaratkan sepak bola, ini seperti permainan passing bola yang rapi: intinya berbagi cerita tanpa  tackle  berlebihan. Tapi saat tren ini dibawa ke Indonesia, kadang rasanya seperti nonton  striker  ngotot bawa bola sendiri ke gawang... yang malah autogol. Kick-Off: Makna Asli Tren Tren " We Listen, We Don’t Judge " dimulai dengan niat mulia. Bayangkan seorang  striker  yang bekerja sama dengan tim, oper bola cantik, dan akhirnya cetak gol bersama-sama. Di tren ini, semua orang berbagi cerita lucu tentang diri sendiri, sambil memastikan nggak ada yang merasa di- tackle  habis-habisan. Misalnya: "Kemarin ngantuk banget, salah masuk kamar orang lain di hotel. Untung nggak kena  ...

Pedang yang Tak Pernah Mereka Pegang, Tapi Darahnya Menggenang

Mereka bilang Islam menyebar dengan pedang. Itu sudah lagu lama. Kaset usang yang terus diputar ulang, bahkan saat listrik mati akal sehat. Dari ruang kelas hingga siaran televisi, dari artikel ilmiah yang pura-pura netral hingga obrolan kafe yang penuh superioritas samar—semua ikut bernyanyi dalam paduan suara yang berlagak objektif, tapi sebenarnya penuh kebencian dan ketakutan yang diwariskan secara turun-temurun. Konon, agama ini ekspansionis. Konon, para penganutnya doyan perang. Tapi mari kita berhenti sejenak. Tarik napas. Lihat sekeliling. Lihat reruntuhan di Irak yang bahkan belum sempat dibangun kembali. Lihat anak-anak di Gaza yang hafal suara drone lebih daripada suara tawa. Lihat reruntuhan peradaban yang ditinggal pergi oleh para pembawa “perdamaian.” Lalu tanya satu hal sederhana: siapa sebenarnya yang haus darah? Barat menyukai wajahnya sendiri di cermin. Tapi bukan cermin jujur—melainkan cermin sihir seperti di kisah ratu jahat. Di dalamnya, wajah pembantai bisa te...