Skip to main content

MMMBop: Dari Lagu Ceria ke Pesan Hidup yang Dalam


Buat kamu yang tumbuh di era 90-an, ada satu lagu yang pasti nggak asing sama sekali: MMMBop dari Hanson. Lagu ini sempat jadi anthem anak-anak muda di akhir dekade itu. Melodinya catchy banget, liriknya gampang diingat (apalagi bagian “MMMBop, ba duba dop”), dan vibe-nya ceria, kayak ngajak kita lompat-lompat sambil ngunyah permen karet. Tapi siapa sangka, di balik kesan ringan dan enerjik itu, ternyata lagu ini punya pesan hidup yang cukup mendalam? Jujur aja, saya sendiri baru sadar setelah dewasa dan mulai lebih peka sama lirik-liriknya.

Nostalgia Era 90-an

Bayangin deh, waktu remaja dulu, mendengar lagu ini di radio atau TV itu rasanya seru banget. Kalau nggak salah, saya pertama kali dengar MMMBop waktu lagi nonton MTV di rumah. Hanson, trio kakak-beradik dengan rambut panjang pirang khas 90-an itu, tampil enerjik banget. Saya bahkan hafal tiap bagian na na na-nya, meski waktu itu hanya paham sedikit artinya. Pokoknya, lagu ini identik dengan perasaan senang dan bebas.

Sebagai ABG yang menuju dewasa, saya cuma menangkap vibe dari lagu ini — nggak lebih. Buat saya, MMMBop hanyalah lagu tentang bersenang-senang. Saya nggak terlalu peduli sama liriknya karena, ya, fokus utama saya saat itu lebih ke kuliah atau nongkrong dengan teman-teman.

Menemukan Makna Setelah Dewasa

Fast forward beberapa dekade, saya nggak sengaja dengerin MMMBop lagi di YouTube. Sebuah rasa nostalgia langsung menyeruak. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Saya mulai memperhatikan liriknya dengan lebih saksama. Dan hal itu sukses membuat saya merenung. Lirik lagu ini ternyata nggak sesederhana yang saya pikir dulu.

Coba deh, baca potongan lirik ini:

You have so many relationships in this life, only one or two will last. You go through all the pain and strife, then you turn your back and they’re gone so fast.

Ternyata, lagu ini ngomongin tentang kehidupan dan hubungan antar manusia. Ada banyak hubungan yang akan kita jalani selama hidup, tapi hanya segelintir yang benar-benar bertahan. Sementara itu, sebagian besar hanya sementara. Seiring waktu, kita kehilangan beberapa teman, menjauh dari kerabat, atau bahkan melupakan orang-orang yang dulu pernah dekat dengan kita.

Saat itu, konsep ini mungkin terlalu abstrak. Tapi ketika kita tumbuh dewasa, mulai merasakan kehilangan, dan menyadari betapa cepatnya waktu berlalu, kata-kata ini terasa nyata banget.

Hikmah dari Lirik yang Mendalam

Di bagian lain lirik, Hanson menyanyikan:

Oh, so hold on to the ones who really care. In the end, they’ll be the only ones there.

Bagian ini menyampaikan pesan yang simpel tapi powerful: jaga baik-baik orang-orang yang benar-benar peduli sama kita. Ketika hidup mulai sulit dan cobaan datang, hanya segelintir orang yang akan tetap ada untuk kita. Orang-orang ini adalah keluarga, sahabat sejati, atau pasangan hidup kita. Mereka adalah orang yang nggak cuma ada di saat senang, tapi juga tetap mendukung saat kita jatuh.

Ada satu pelajaran besar dari sini: hubungan yang bermakna itu butuh usaha. Dalam dunia yang serba cepat ini, kita sering lupa untuk meluangkan waktu bagi orang-orang yang penting dalam hidup kita. Kita sibuk dengan pekerjaan, media sosial, atau urusan pribadi lainnya. Tapi MMMBop mengingatkan kita untuk menghargai hubungan yang benar-benar berarti sebelum semuanya terlambat.

Perspektif Masa Kini

Menariknya, lirik-lirik seperti ini jadi makin relevan di era sekarang. Di zaman digital, kita punya banyak koneksi — mulai dari teman Facebook, follower Instagram, sampai kontak WhatsApp. Tapi kalau dipikir-pikir, berapa banyak dari mereka yang benar-benar dekat dengan kita? Berapa banyak yang akan tetap ada kalau kita sedang menghadapi masa-masa sulit?

Hidup di era modern ini memang menantang. Teknologi memberi kita kemudahan untuk terhubung, tapi juga menciptakan jarak emosional. MMMBop kayak pengingat manis dari masa lalu untuk fokus ke hubungan yang benar-benar penting dan bermakna.

Nuansa 90-an Bertemu Dunia Dewasa

Menikmati MMMBop sebagai orang dewasa memberi pengalaman yang unik. Di satu sisi, saya masih bisa merasakan keceriaan dari melodi ceria dan nostalgia 90-an. Tapi di sisi lain, saya juga merenungi pesan hidup yang terkandung dalam liriknya. Rasanya seperti bertemu teman lama yang ternyata lebih bijaksana dari yang saya kira dulu.

Pesan untuk Generasi Sekarang

Lagu ini nggak cuma bikin kamu pengen bergoyang, tapi juga ngajak mikir. Dan kalau kamu udah pernah dengar lagu ini dulu waktu kecil, coba putar lagi sekarang. Siapa tahu, kamu juga bakal menemukan makna baru di dalamnya, seperti saya.

Akhirnya, MMMBop mengajarkan kita bahwa hidup itu penuh dengan momen yang cepat berlalu — seperti judulnya yang merepresentasikan sesuatu yang sementara. Tapi di tengah semua itu, selalu ada hal-hal yang bisa kita hargai dan pertahankan. Jadi, jangan lupa untuk memeluk erat orang-orang yang benar-benar peduli sama kamu.

Terima kasih, Hanson, untuk lagu ceria yang diam-diam mengajarkan filosofi hidup ini. Mungkin dulu kita cuma peduli sama ba duba dop, tapi sekarang, kita lebih menghargai maknanya.

Seperti kata liriknya: Can you tell me who will still care?

Comments

Popular posts from this blog

Al-Qur'an: Masterpiece Copywriting dari Sang Pencipta

Pernahkah Anda berpikir bahwa Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, bisa disebut sebagai bentuk copywriting yang sempurna? Bagi sebagian orang, gagasan ini mungkin terdengar unik, bahkan mengejutkan. Namun, jika kita melihat lebih dalam, keindahan, kekuatan pesan, dan pengaruh emosional dalam Al-Qur'an memang memiliki banyak kesamaan dengan elemen-elemen dalam seni copywriting . Bahkan, ia melampaui batasan copywriting modern dengan tujuan yang jauh lebih mulia dan dampak yang abadi. Mari kita bedah bersama mengapa Al-Qur'an layak disebut sebagai karya copywriting yang sempurna. Apa Itu Copywriting? Sebelum masuk ke inti pembahasan, mari kita definisikan dulu apa itu copywriting . Secara sederhana, copywriting adalah seni menulis teks yang dirancang untuk memengaruhi pembaca atau audiens agar melakukan tindakan tertentu. Dalam dunia pemasaran, ini sering kali berarti membeli produk, mendaftar layanan, atau bahkan sekadar memberikan perhatian pada suatu pesan. Teks copywriti...

Tren "We Listen, We Don't Judge": Ketika Sepak Bola Humor Salah Kaprah di Indonesia

  Sepak bola dan tren media sosial punya kesamaan menarik: dua-duanya seru, penuh strategi, tapi sering juga salah kaprah saat dimainkan di lapangan yang berbeda. Salah satu tren media sosial yang bikin geger adalah " We Listen, We Don't Judge ." Kalau diibaratkan sepak bola, ini seperti permainan passing bola yang rapi: intinya berbagi cerita tanpa  tackle  berlebihan. Tapi saat tren ini dibawa ke Indonesia, kadang rasanya seperti nonton  striker  ngotot bawa bola sendiri ke gawang... yang malah autogol. Kick-Off: Makna Asli Tren Tren " We Listen, We Don’t Judge " dimulai dengan niat mulia. Bayangkan seorang  striker  yang bekerja sama dengan tim, oper bola cantik, dan akhirnya cetak gol bersama-sama. Di tren ini, semua orang berbagi cerita lucu tentang diri sendiri, sambil memastikan nggak ada yang merasa di- tackle  habis-habisan. Misalnya: "Kemarin ngantuk banget, salah masuk kamar orang lain di hotel. Untung nggak kena  ...

Pedang yang Tak Pernah Mereka Pegang, Tapi Darahnya Menggenang

Mereka bilang Islam menyebar dengan pedang. Itu sudah lagu lama. Kaset usang yang terus diputar ulang, bahkan saat listrik mati akal sehat. Dari ruang kelas hingga siaran televisi, dari artikel ilmiah yang pura-pura netral hingga obrolan kafe yang penuh superioritas samar—semua ikut bernyanyi dalam paduan suara yang berlagak objektif, tapi sebenarnya penuh kebencian dan ketakutan yang diwariskan secara turun-temurun. Konon, agama ini ekspansionis. Konon, para penganutnya doyan perang. Tapi mari kita berhenti sejenak. Tarik napas. Lihat sekeliling. Lihat reruntuhan di Irak yang bahkan belum sempat dibangun kembali. Lihat anak-anak di Gaza yang hafal suara drone lebih daripada suara tawa. Lihat reruntuhan peradaban yang ditinggal pergi oleh para pembawa “perdamaian.” Lalu tanya satu hal sederhana: siapa sebenarnya yang haus darah? Barat menyukai wajahnya sendiri di cermin. Tapi bukan cermin jujur—melainkan cermin sihir seperti di kisah ratu jahat. Di dalamnya, wajah pembantai bisa te...