Skip to main content

Perubahan Dunia Usaha Setelah Kehadiran Smartphone


Kemunculan smartphone telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan kita. Banyak usaha yang dulu sangat berjaya, kini meredup atau bahkan hilang. Warnet (warung internet) dan wartel (warung telepon) adalah contoh nyata dari usaha-usaha yang tergeser oleh kemajuan teknologi. Dulu, sebelum adanya smartphone, kedua tempat ini selalu ramai dengan pelanggan, terutama di akhir pekan. Warnet dipenuhi oleh orang-orang yang ingin browsing, bermain game, atau chatting, sedangkan wartel menjadi tempat favorit bagi mereka yang ingin berbicara dengan orang tercinta tanpa harus khawatir tentang biaya telepon rumah yang mahal.

Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, banyak usaha lain yang juga mengalami nasib serupa. Mari kita lihat beberapa di antaranya dan memahami bagaimana smartphone mengubah cara kita hidup.

1. Media Cetak

Salah satu industri yang paling terdampak adalah media cetak. Koran, majalah, dan tabloid yang dulu menjadi sumber utama informasi, kini harus berjuang keras untuk tetap relevan. Orang-orang lebih memilih membaca berita di portal online yang bisa diakses dengan mudah melalui smartphone. Selain lebih praktis, informasi di internet juga bisa diperbarui secara real-time, memberikan keuntungan lebih dibandingkan media cetak yang hanya bisa memberikan update harian.

"The newspaper is a device for making the ignorant more ignorant and the crazy crazier," kata H.L. Mencken. Perubahan ini menunjukkan betapa cepatnya teknologi mengubah kebiasaan membaca dan memperoleh informasi.

2. Penyewaan dan Penjualan Media Fisik

Usaha penyewaan DVD, VCD, dan penjualan kaset musik juga menjadi korban dari kemajuan teknologi ini. Dengan adanya platform streaming seperti YouTube, Netflix, dan Spotify, orang-orang tidak lagi perlu repot-repot menyewa atau membeli media fisik. Mereka bisa menonton film dan mendengarkan musik favorit mereka kapan saja dan di mana saja.

Hal ini mengingatkan kita pada lagu klasik "Video Killed the Radio Star" oleh The Buggles, namun dalam konteks modern, mungkin lebih tepat jika dikatakan "Streaming Killed the DVD Store."

3. Perusahaan Fotografi dan Cetak Foto

Dulu, momen-momen spesial selalu diabadikan dengan kamera film, dan kemudian dicetak di toko cetak foto. Namun, dengan adanya kamera canggih di smartphone, semua orang bisa menjadi fotografer instan. Selain itu, adanya media sosial seperti Instagram membuat orang lebih suka berbagi foto secara digital ketimbang mencetaknya.

"The best camera is the one that's with you," kata fotografer terkenal Chase Jarvis. Ungkapan ini sangat tepat menggambarkan bagaimana smartphone telah mengubah dunia fotografi.

4. GPS dan Peta Kertas

Kemunculan GPS dan aplikasi peta digital seperti Google Maps membuat peta kertas menjadi usang. Dulu, kita selalu membawa peta saat bepergian, namun sekarang cukup dengan membuka aplikasi di smartphone, kita bisa mendapatkan petunjuk arah secara real-time. Bahkan, aplikasi ini bisa memberikan informasi lalu lintas dan rute tercepat, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh peta kertas.

"Maps are essential. Planning a journey without a map is like building a house without drawings," kata Mark Jenkins. Namun, dengan teknologi GPS, peta kertas menjadi sesuatu dari masa lalu.

5. Buku Telepon dan Direktori

Buku telepon dan direktori bisnis seperti Yellow Pages pernah menjadi panduan utama untuk mencari nomor telepon dan alamat. Namun, sekarang semua informasi tersebut bisa ditemukan dengan mudah di internet. Aplikasi seperti Truecaller bahkan bisa memberikan informasi tentang penelepon yang tidak dikenal, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh buku telepon.

"Telephone directories are like time capsules, they encapsulate the moment in time," ujar Robert MacNeil. Tetapi, waktu terus berjalan dan teknologi terus berkembang.

6. Mesin Fax

Mesin fax yang dulu menjadi alat komunikasi penting di kantor-kantor, kini hampir punah. Email dan aplikasi pengiriman pesan seperti WhatsApp dan Telegram menggantikan peran fax dengan lebih efisien dan cepat. Selain itu, dokumen bisa dikirim dengan kualitas yang lebih baik dan tanpa biaya tambahan.

"The fax is the office equivalent of the eight-track tape," kata Paul Scherrer. Ungkapan ini menggambarkan bagaimana teknologi fax sudah menjadi sesuatu yang usang.

7. Jam Alarm dan Kalender Fisik

Jam alarm dan kalender fisik juga menjadi korban dari kemajuan teknologi smartphone. Fitur jam alarm di smartphone jauh lebih praktis dan fleksibel. Selain itu, aplikasi kalender digital memungkinkan kita untuk mengatur jadwal dengan lebih mudah dan sinkron dengan perangkat lain.

"The calendar is the poor man's philosopher," kata Benjamin Franklin. Namun, kalender fisik kini beralih ke bentuk digital.

Nostalgia dan Pembelajaran

Perubahan ini membawa kita pada sebuah nostalgia, mengingat masa-masa ketika teknologi belum mendominasi kehidupan kita. Namun, di balik nostalgia ini, kita juga belajar bahwa perubahan adalah bagian dari kehidupan. Charles Darwin pernah berkata, "It is not the strongest of the species that survive, nor the most intelligent, but the one most responsive to change." Kita harus belajar beradaptasi dengan perubahan untuk tetap bertahan dan berkembang.

Menghadapi Masa Depan

Kehadiran smartphone memang mengubah banyak hal, tetapi tidak semuanya negatif. Banyak peluang baru yang muncul berkat teknologi ini. Misalnya, usaha online shop yang semakin marak, bisnis aplikasi, dan content creator di platform seperti YouTube dan Instagram.

Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa beradaptasi dan memanfaatkan teknologi ini untuk kebaikan. Mengutip Steve Jobs, "Innovation distinguishes between a leader and a follower." Kita harus terus berinovasi dan mencari cara baru untuk tetap relevan di tengah perubahan.

Dalam menghadapi perubahan, kita juga harus ingat untuk tetap menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Teknologi seharusnya membantu kita untuk lebih produktif dan bahagia, bukan sebaliknya. Seperti yang dikatakan Albert Einstein, "It has become appallingly obvious that our technology has exceeded our humanity." Maka dari itu, mari kita gunakan teknologi dengan bijak dan tetap menjaga hubungan antar manusia dengan baik.

Kesimpulan

Perubahan yang dibawa oleh smartphone memang tak terelakkan. Banyak usaha yang harus tutup, namun juga banyak peluang baru yang terbuka. Yang penting adalah bagaimana kita bisa beradaptasi dan memanfaatkan perubahan ini untuk kebaikan. Mengingat kata-kata bijak dari para tokoh terkenal, kita diajak untuk terus berinovasi, beradaptasi, dan tetap menjaga nilai-nilai kemanusiaan di tengah arus teknologi yang terus berkembang.

"The only way to make sense out of change is to plunge into it, move with it, and join the dance," kata Alan Watts. Ini adalah pengingat bahwa perubahan adalah bagian dari kehidupan, dan bagaimana kita beradaptasi adalah kunci untuk bertahan dan tumbuh di dunia yang terus berkembang ini.

Comments

Popular posts from this blog

Al-Qur'an: Masterpiece Copywriting dari Sang Pencipta

Pernahkah Anda berpikir bahwa Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, bisa disebut sebagai bentuk copywriting yang sempurna? Bagi sebagian orang, gagasan ini mungkin terdengar unik, bahkan mengejutkan. Namun, jika kita melihat lebih dalam, keindahan, kekuatan pesan, dan pengaruh emosional dalam Al-Qur'an memang memiliki banyak kesamaan dengan elemen-elemen dalam seni copywriting . Bahkan, ia melampaui batasan copywriting modern dengan tujuan yang jauh lebih mulia dan dampak yang abadi. Mari kita bedah bersama mengapa Al-Qur'an layak disebut sebagai karya copywriting yang sempurna. Apa Itu Copywriting? Sebelum masuk ke inti pembahasan, mari kita definisikan dulu apa itu copywriting . Secara sederhana, copywriting adalah seni menulis teks yang dirancang untuk memengaruhi pembaca atau audiens agar melakukan tindakan tertentu. Dalam dunia pemasaran, ini sering kali berarti membeli produk, mendaftar layanan, atau bahkan sekadar memberikan perhatian pada suatu pesan. Teks copywriti...

Tren "We Listen, We Don't Judge": Ketika Sepak Bola Humor Salah Kaprah di Indonesia

  Sepak bola dan tren media sosial punya kesamaan menarik: dua-duanya seru, penuh strategi, tapi sering juga salah kaprah saat dimainkan di lapangan yang berbeda. Salah satu tren media sosial yang bikin geger adalah " We Listen, We Don't Judge ." Kalau diibaratkan sepak bola, ini seperti permainan passing bola yang rapi: intinya berbagi cerita tanpa  tackle  berlebihan. Tapi saat tren ini dibawa ke Indonesia, kadang rasanya seperti nonton  striker  ngotot bawa bola sendiri ke gawang... yang malah autogol. Kick-Off: Makna Asli Tren Tren " We Listen, We Don’t Judge " dimulai dengan niat mulia. Bayangkan seorang  striker  yang bekerja sama dengan tim, oper bola cantik, dan akhirnya cetak gol bersama-sama. Di tren ini, semua orang berbagi cerita lucu tentang diri sendiri, sambil memastikan nggak ada yang merasa di- tackle  habis-habisan. Misalnya: "Kemarin ngantuk banget, salah masuk kamar orang lain di hotel. Untung nggak kena  ...

Pedang yang Tak Pernah Mereka Pegang, Tapi Darahnya Menggenang

Mereka bilang Islam menyebar dengan pedang. Itu sudah lagu lama. Kaset usang yang terus diputar ulang, bahkan saat listrik mati akal sehat. Dari ruang kelas hingga siaran televisi, dari artikel ilmiah yang pura-pura netral hingga obrolan kafe yang penuh superioritas samar—semua ikut bernyanyi dalam paduan suara yang berlagak objektif, tapi sebenarnya penuh kebencian dan ketakutan yang diwariskan secara turun-temurun. Konon, agama ini ekspansionis. Konon, para penganutnya doyan perang. Tapi mari kita berhenti sejenak. Tarik napas. Lihat sekeliling. Lihat reruntuhan di Irak yang bahkan belum sempat dibangun kembali. Lihat anak-anak di Gaza yang hafal suara drone lebih daripada suara tawa. Lihat reruntuhan peradaban yang ditinggal pergi oleh para pembawa “perdamaian.” Lalu tanya satu hal sederhana: siapa sebenarnya yang haus darah? Barat menyukai wajahnya sendiri di cermin. Tapi bukan cermin jujur—melainkan cermin sihir seperti di kisah ratu jahat. Di dalamnya, wajah pembantai bisa te...