Suatu hari di negeri antah-berantah, seorang HR Manager merasa dirinya seperti dewa, mengontrol nasib setiap pencari kerja dengan pertanyaan magis, "Kenapa Anda ingin bekerja di sini?" Jawaban jujur, "Cari uang," dianggap seperti dosa besar.
Memangnya apa yang diharapkan oleh HR Manager ini? Mungkin mereka ingin mendengar bahwa kandidat ingin menyelamatkan dunia dari kehancuran, membawa kedamaian abadi, atau mungkin menjadi pahlawan super yang mampu mengangkat perusahaan ke langit ketujuh.
Bayangkan jika seorang kandidat berkata, "Saya ingin bekerja di sini untuk memperbaiki ketidakadilan sosial, menghapus kemiskinan, dan menciptakan utopia modern." Pasti HR Manager akan tersenyum lebar seperti baru saja menemukan batu filosof yang hilang.
Apa yang sebenarnya bisa diberikan kepada perusahaan? Nyawa? Jiwa? Atau mungkin sepotong dari hati? Waktu, tenaga, dan pikiran sudah pasti. Tetapi tidak, itu belum cukup bagi HR yang terobsesi dengan pengabdian tanpa batas. Mereka mungkin berharap kita juga bersumpah setia kepada perusahaan seumur hidup, dengan tinta emas di atas kertas surgawi.
Dan ketika HR Manager meminta kita untuk "membantu mengembangkan perusahaan," apakah mereka menawarkan kita saham atau jabatan dewa? Tentu tidak. Kita hanya disuruh bekerja dengan loyalitas tingkat dewa, tetapi dengan gaji manusia biasa.
Ironisnya, ketika generasi Z mulai bicara tentang kesehatan mental dan keseimbangan hidup, HR Manager generasi X menuduh mereka lemah. Padahal, HR ini sendiri mungkin terlalu banyak menonton drama TV dan membaca novel fantasi, hingga lupa bahwa kandidat juga manusia, bukan robot pencari nafkah abadi.
Comments
Post a Comment