Skip to main content

ENAM ELEMEN EDIT


Video editing itu mudah? Video editing itu cuma potong-potong gambar dan sambung dengan gambar lain. Atau cuma tambah backsound aja, jadilah video clip. Benarkah?

Setidaknya ada 6 elemen penting dalam sebuah proses editing. Proses yang membuat sebuah tayangan menjadi enak untuk ditonton. 

1. MOTIVASI

Mestinya harus selalu ada alasan atau motivasi yang bagus untuk 'cut' , 'mix',atau 'fade'. Motivasi ini berlaku baik untuk visual maupun audio. Dalam konteks visual, hal ini bisa berupa aksi, sekalipun itu hal kecil yang dilakukan oleh talent, misalnya gerakan wajah (tersenyum) atau tubuh (bergeser). Untuk suara, bisa berupa ketukan pintu, dering telepon. Motivasi bisa juga kombinasi audio dan visual.

2. INFORMASI

Umumnya diartikan sebagai informasi visual. Bagi seorang editor, elemen ini adalah dasar dari semua editing. Sebuah shot baru berarti pula informasi baru. Simpel saja, kalau nggak ada informasi baru, berarti semakin kecil alasan untuk memotongnya. Idealnya sih, jadilah peramu visual. Sebagus apapun sebuah shot, tidak akan banyak berarti kalau tidak memuat informasi visual yang berbeda dari shot sebelumnya. Adalah tugas editor untuk menampilkan sebanyak mungkin informasi visual ke dalam program, tanpa membodohi pemirsa.

3. KOMPOSISI SHOT

Meskipun editor tidak bisa menciptakan komposisi shot, tapi sudah menjadi tugas editor untuk memastikan keberadaan sebuah komposisi shot. Komposisi shot yang buruk dari shooting tidak akan menghalangi proses editing tapi memang akan lebih mempersulit. Memang kameramen sudah tahu tentang komposisi gambar yang baik sesuai standar. Tapi kan tidak semua shot punya komposisi yang standar. Nah tugas editorlah untuk memilih shot-shot dengan komposisi terbaik, kalau perlu dibenahi.

4. SUARA

Elemen edit yang tak kalah penting adalah suara. Suara memang tidak segamblang visual. Editor yang sangat berpengalamaman pernah bilang, "You don't have to see what you hear". Mungkin maksudnya suara mampu mencitakan imajinasi tertentu yang lebih beraneka, Dibandingkan dengan visual yang mau nggak mau ya itu. Suara bisa jadi dimulai lebih awal (advance) atau lebih lama (delay) untuk menciptakan atmosfer, ketegangan, dan banyak emosi lainnya, Bagi editor hal ini mungkin menjadi bagian yang paling mengasyikkan. Suara juga bisa untuk menjembatani perubahan scene, perubahan lokasi maupun perubahan lompatan waktu. Suara yang tidak sesuai kadang justru terasa

mengganggu. Perhatian penonton bisa dibangun dengan memunculkan suara terlebih dulu sebelum gambar, ini disebut lapping. Contohnya, menambahkan suara empat frame lebih awal dari gambar saat memotong

shot dari indoor ke outdoor.

5. SUDUT PANDANG KAMERA

Pada waktu kameramen merekam sebuah adegan, dia akan mengambil adegan itu dari beberapa posisi sudut pandang. Dan dari masing-masing posisi ini kameramen

mengambil beberapa shot. Prinsipnya, setiap kali kita memotong dan menggabungkan gambar satu dengan lainnya, sebaiknya divariasikan dengan sudut pandang dan shot yang berbeda. Perlu diperhatikan bahwa perbedaan sudut pandang ini tidak boleh lebih dari 180 derajat dan biasanya kurang dari 45 derajat ketika mengambil subject yang sama.

6. KONTINYUITI

Kontinyuiti konten. 

Misalnya, talent mengangkat telepon dengan tangan kanan pada shot pertama, lalu pada shot selanjutnya telepon yang diangkat haruslah tetap berada di tangan kanan, (ya iya lah ya...).

Kontinyuiti gerakan. 

Jika talent atau subyek bergerak dari kanan ke kiri pada shot pertama, pada shot berikutnya subyek juga harus bergerak ke arah yang sama, kecuali ada perubahan arah dari subyek yang tampak di shot tersebut.

Kontinyuiti posisi.

Kalau subyek berada di sebelah kanan di shot

awal, begitupun pada shot selanjutnya, kecuali dia terlihat bergerak ke posisi yang lain pada shot itu.

Kontinyuiti suara.

Pada kejadian yang berlangsung di tempat dan

waktu yang sama, suara harus kontinyu dari shot satu ke shot berikutnya. kalo ada pesawat lewat di angkasa pada shot satu dan kedengaran suaranya, di shot selanjutnya ya harus terdengar sampai pesawat itu menjauh, meskipun pesawatnya nggak kelihatan pada shot kedua, bukan berarti tak harus

terdengar (basi yo ben). Pokoke, pada shot dengan adegan dan waktu yang sama, harus      ada kesamaan suara latar, istilahnya ambience atau atmosfernya kudu kontinyu gitu

Demikianlah 6 elemen dasar yang harus dipegang teguh seorang video editor saat bekerja. Semoga bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

Al-Qur'an: Masterpiece Copywriting dari Sang Pencipta

Pernahkah Anda berpikir bahwa Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, bisa disebut sebagai bentuk copywriting yang sempurna? Bagi sebagian orang, gagasan ini mungkin terdengar unik, bahkan mengejutkan. Namun, jika kita melihat lebih dalam, keindahan, kekuatan pesan, dan pengaruh emosional dalam Al-Qur'an memang memiliki banyak kesamaan dengan elemen-elemen dalam seni copywriting . Bahkan, ia melampaui batasan copywriting modern dengan tujuan yang jauh lebih mulia dan dampak yang abadi. Mari kita bedah bersama mengapa Al-Qur'an layak disebut sebagai karya copywriting yang sempurna. Apa Itu Copywriting? Sebelum masuk ke inti pembahasan, mari kita definisikan dulu apa itu copywriting . Secara sederhana, copywriting adalah seni menulis teks yang dirancang untuk memengaruhi pembaca atau audiens agar melakukan tindakan tertentu. Dalam dunia pemasaran, ini sering kali berarti membeli produk, mendaftar layanan, atau bahkan sekadar memberikan perhatian pada suatu pesan. Teks copywriti...

Tren "We Listen, We Don't Judge": Ketika Sepak Bola Humor Salah Kaprah di Indonesia

  Sepak bola dan tren media sosial punya kesamaan menarik: dua-duanya seru, penuh strategi, tapi sering juga salah kaprah saat dimainkan di lapangan yang berbeda. Salah satu tren media sosial yang bikin geger adalah " We Listen, We Don't Judge ." Kalau diibaratkan sepak bola, ini seperti permainan passing bola yang rapi: intinya berbagi cerita tanpa  tackle  berlebihan. Tapi saat tren ini dibawa ke Indonesia, kadang rasanya seperti nonton  striker  ngotot bawa bola sendiri ke gawang... yang malah autogol. Kick-Off: Makna Asli Tren Tren " We Listen, We Don’t Judge " dimulai dengan niat mulia. Bayangkan seorang  striker  yang bekerja sama dengan tim, oper bola cantik, dan akhirnya cetak gol bersama-sama. Di tren ini, semua orang berbagi cerita lucu tentang diri sendiri, sambil memastikan nggak ada yang merasa di- tackle  habis-habisan. Misalnya: "Kemarin ngantuk banget, salah masuk kamar orang lain di hotel. Untung nggak kena  ...

Pedang yang Tak Pernah Mereka Pegang, Tapi Darahnya Menggenang

Mereka bilang Islam menyebar dengan pedang. Itu sudah lagu lama. Kaset usang yang terus diputar ulang, bahkan saat listrik mati akal sehat. Dari ruang kelas hingga siaran televisi, dari artikel ilmiah yang pura-pura netral hingga obrolan kafe yang penuh superioritas samar—semua ikut bernyanyi dalam paduan suara yang berlagak objektif, tapi sebenarnya penuh kebencian dan ketakutan yang diwariskan secara turun-temurun. Konon, agama ini ekspansionis. Konon, para penganutnya doyan perang. Tapi mari kita berhenti sejenak. Tarik napas. Lihat sekeliling. Lihat reruntuhan di Irak yang bahkan belum sempat dibangun kembali. Lihat anak-anak di Gaza yang hafal suara drone lebih daripada suara tawa. Lihat reruntuhan peradaban yang ditinggal pergi oleh para pembawa “perdamaian.” Lalu tanya satu hal sederhana: siapa sebenarnya yang haus darah? Barat menyukai wajahnya sendiri di cermin. Tapi bukan cermin jujur—melainkan cermin sihir seperti di kisah ratu jahat. Di dalamnya, wajah pembantai bisa te...