Skip to main content

Mengapa Copywriting Itu Penting?


Jutaan orang tidak menyadari bahwa usahanya di bidang wirausaha, dapat menjadi lebih baik lagi jika mereka paham dengan ilmu 'copywriting.' Sudah mirip belum dengan Budi Setiawan yang sering muncul di awal video YouTube? Tapi ini bener loh. Copywriting dapat membantu meningkatkan penjualan. Karena copywriting dapat mencakup keseluruhan bagian marketing baik dari sisi online maupun offline. Semua elemen marketing pasti membutuhkan 'kata-kata' yang dapat menarik perhatian dan tentunya 'menjual.'

Lalu apa itu copywriting? 

Simak ilustrasi berikut ini. Seorang pengemis buta mencoba mengais rejeki dengan sebuah tulisan, "Saya Buta, Kasihani Saya." Dengan tulisan itu dia berharap orang-orang yang lewat mau menyisihkan hartanya dan memberikan dia uang. Tapi yang terjadi adalah, tak ada yang peduli. Hanya ada satu-dua orang yang lewat mau memberinya uang. 

Sampai akhirnya ada seorang pekerja kreatif melihat tulisan di atas karton yang dipegang oleh pengemis itu. Diambilnya karton itu, lalu dia menuliskan kalimat baru di belakang karton yang masih kosong itu. Dia menulis, "Hari ini begitu cerah dan indah, namun sayangnya aku tidak bisa melihatnya."

Tak lama sesudahnya, kotak tempat uangnya tak berhenti berbunyi karena suara uang yang dijatuhkan oleh orang-orang yang lewat. 

Artinya apa? Tulisan itu telah berhasil menyenggol lebih keras sisi kemanusiaan orang yang membacanya, ketimbang tulisan yang minta dikasihani sebelumnya.

Jadi apa itu copywriting? 

Copy: teks yang digunakan dalam penjualan atau pemasaran, biasanya kita temui di landing page, iklan, website, brosur, dan lain-lain. Meskipun dalam perkembangannya, copy bukan lagi hanya teks. Konversi: ketika seseorang yang anda target mengambil tindakan yang anda inginkan. Kalau dalam penjualan, konversi sering disebut closing.

Tapi di sini akan kita gunakan istilah konversi karena copywriting sendiri bukan hanya untuk penjualan. Jadi, teknik copywriting adalah teknik membuat copy yang mampu meningkatkan konversi secara drastis. Copywriter adalah salesman dalam huruf.

Dengan teknik copywriting yang tepat, 2 produk yang sama persis bisa mendapatkan respon yang jauh berbeda oleh orang lain.

Comments

Popular posts from this blog

Al-Qur'an: Masterpiece Copywriting dari Sang Pencipta

Pernahkah Anda berpikir bahwa Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, bisa disebut sebagai bentuk copywriting yang sempurna? Bagi sebagian orang, gagasan ini mungkin terdengar unik, bahkan mengejutkan. Namun, jika kita melihat lebih dalam, keindahan, kekuatan pesan, dan pengaruh emosional dalam Al-Qur'an memang memiliki banyak kesamaan dengan elemen-elemen dalam seni copywriting . Bahkan, ia melampaui batasan copywriting modern dengan tujuan yang jauh lebih mulia dan dampak yang abadi. Mari kita bedah bersama mengapa Al-Qur'an layak disebut sebagai karya copywriting yang sempurna. Apa Itu Copywriting? Sebelum masuk ke inti pembahasan, mari kita definisikan dulu apa itu copywriting . Secara sederhana, copywriting adalah seni menulis teks yang dirancang untuk memengaruhi pembaca atau audiens agar melakukan tindakan tertentu. Dalam dunia pemasaran, ini sering kali berarti membeli produk, mendaftar layanan, atau bahkan sekadar memberikan perhatian pada suatu pesan. Teks copywriti...

Tren "We Listen, We Don't Judge": Ketika Sepak Bola Humor Salah Kaprah di Indonesia

  Sepak bola dan tren media sosial punya kesamaan menarik: dua-duanya seru, penuh strategi, tapi sering juga salah kaprah saat dimainkan di lapangan yang berbeda. Salah satu tren media sosial yang bikin geger adalah " We Listen, We Don't Judge ." Kalau diibaratkan sepak bola, ini seperti permainan passing bola yang rapi: intinya berbagi cerita tanpa  tackle  berlebihan. Tapi saat tren ini dibawa ke Indonesia, kadang rasanya seperti nonton  striker  ngotot bawa bola sendiri ke gawang... yang malah autogol. Kick-Off: Makna Asli Tren Tren " We Listen, We Don’t Judge " dimulai dengan niat mulia. Bayangkan seorang  striker  yang bekerja sama dengan tim, oper bola cantik, dan akhirnya cetak gol bersama-sama. Di tren ini, semua orang berbagi cerita lucu tentang diri sendiri, sambil memastikan nggak ada yang merasa di- tackle  habis-habisan. Misalnya: "Kemarin ngantuk banget, salah masuk kamar orang lain di hotel. Untung nggak kena  ...

Pedang yang Tak Pernah Mereka Pegang, Tapi Darahnya Menggenang

Mereka bilang Islam menyebar dengan pedang. Itu sudah lagu lama. Kaset usang yang terus diputar ulang, bahkan saat listrik mati akal sehat. Dari ruang kelas hingga siaran televisi, dari artikel ilmiah yang pura-pura netral hingga obrolan kafe yang penuh superioritas samar—semua ikut bernyanyi dalam paduan suara yang berlagak objektif, tapi sebenarnya penuh kebencian dan ketakutan yang diwariskan secara turun-temurun. Konon, agama ini ekspansionis. Konon, para penganutnya doyan perang. Tapi mari kita berhenti sejenak. Tarik napas. Lihat sekeliling. Lihat reruntuhan di Irak yang bahkan belum sempat dibangun kembali. Lihat anak-anak di Gaza yang hafal suara drone lebih daripada suara tawa. Lihat reruntuhan peradaban yang ditinggal pergi oleh para pembawa “perdamaian.” Lalu tanya satu hal sederhana: siapa sebenarnya yang haus darah? Barat menyukai wajahnya sendiri di cermin. Tapi bukan cermin jujur—melainkan cermin sihir seperti di kisah ratu jahat. Di dalamnya, wajah pembantai bisa te...