Skip to main content

S.N.A.F.U. di Republik Militeristik Nusantara: Operasi Broken Arrow di Medan Politik


SitRep terbaru dari Front Operasi Republik Nusantara menunjukkan bahwa negeri ini sedang mengalami skenario F.U.B.A.R. dalam segala aspek: politik, ekonomi, hukum, bahkan sampai pajak kendaraan bermotor. Semua unit di F.O.B. Jakarta dan sekitarnya sudah mengonfirmasi bahwa aturan permainan telah dirombak menjadi R.O.E. ala junta, di mana segala keputusan bisa diproses dengan mekanisme suppressing fire terhadap rakyat yang mencoba protes. Seperti biasa, rakyat hanya bisa pasrah dalam posisi prone, menunggu apakah akan ada bala bantuan atau justru serangan udara berikutnya.

H.A.L.O. Legislasi: UU TNI Langsung ke D.Z. Kekuasaan

Pasukan elite legislator berhasil mengeksekusi operasi H.A.L.O. dengan memasukkan Undang-Undang TNI terbaru ke dalam D.Z. parlemen tanpa hambatan berarti. R.O.E. baru memungkinkan personel militer untuk ikut terjun ke ranah sipil tanpa perlu izin dari komando pusat. Mereka bisa menjadi gubernur, bupati, atau bahkan lurah dengan formasi Q.R.F. yang siap melibas oposisi yang mencoba protes. Pintu gerbang kekuasaan yang dulunya memiliki sistem sensor ketat kini telah berubah menjadi H.O.T. L.Z. yang siap diserbu kapan saja oleh pasukan berbaret.

"Wilco! Kami akan patuh!" seru pasukan parlemen, tanpa perlu repot-repot membaca detailnya. Sementara itu, veteran reformasi yang masih bertahan hanya bisa berkirim pesan: "Roger that. We are officially A.W.O.L. from democracy." Sebuah pengakuan yang suram, tapi juga sudah diperkirakan sejak awal.

Tak butuh waktu lama sebelum D.Z. kekuasaan mulai dipenuhi oleh para Snake Eater berseragam yang kini bisa bermain di lapangan sipil dengan akses tanpa batas. Jika sebelumnya operasi semacam ini dilakukan secara clandestine, kini sudah menjadi bagian dari S.O.P. baru. Beberapa ahli strategi bahkan menyarankan agar rakyat mulai menyiapkan bunker perlindungan sipil, karena tampaknya akan ada lebih banyak infiltrasi ke ranah domestik dibanding yang diantisipasi sebelumnya.

W.M.D. Ekonomi: Pajak Kendaraan dan Inflasi M.R.E.

Sementara medan tempur politik semakin kacau, rakyat harus menghadapi serangan W.M.D. ekonomi dalam bentuk pajak kendaraan progresif. Operasi ini dilakukan dengan metode Charlie Foxtrot klasik: logistik keuangan rakyat dihancurkan perlahan dengan kebijakan yang tak masuk akal.

Pemerintah mengumumkan bahwa setiap warga negara harus membayar pajak berlapis untuk kendaraan kedua, ketiga, dan seterusnya. Intel terbaru menunjukkan bahwa para elit bisa duduk manis di L.Z. zona nyaman mereka, sementara rakyat harus menjalani H.O.T. L.Z. finansial setiap kali mengisi bahan bakar. Dalam pertempuran ini, hanya ada dua pilihan: berjalan kaki atau menyerah total pada pajak yang semakin absurd.

"SitRep terbaru menunjukkan peningkatan biaya hidup ke level Danger Close," lapor seorang analis ekonomi yang kini sudah dalam status M.I.A. setelah mengkritik kebijakan ini. Dugaan sementara: ia kini sedang diinterogasi di markas rahasia bersama para ekonom lain yang mencoba memberikan nasihat waras.

Di sisi lain, bahan makanan pokok seperti beras dan minyak goreng kini menjadi M.R.E. yang langka di pasar. Para pedagang pun hanya bisa bergosip melalui scuttlebutt sambil bertanya-tanya kapan rantai suplai akan kembali normal. Beberapa spekulan mulai mempermainkan harga, sementara rakyat kecil harus beradaptasi dengan pola makan survival ala militer: sekali sehari dan harus kreatif dengan sumber daya yang terbatas.

Blue on Blue KPK vs. Oligarki: Tembakan Salah Sasaran atau Disengaja?

Dalam skenario yang lebih mirip dengan latihan tempur F.U.B.A.R., Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang seharusnya menjadi Q.R.F. dalam perang melawan maling anggaran malah terkena Blue on Blue dari sistem hukum yang seharusnya mendukung mereka. Beberapa jenderal koruptor berhasil mengelabui sistem dan tetap aman di F.O.B. mereka masing-masing, sementara prajurit antikorupsi malah ditinggalkan di D.Z. kebijakan tanpa backup. Beberapa pengamat mulai bertanya-tanya apakah KPK ini masih memiliki ammo hukum atau hanya bertugas sebagai unit tanpa senjata yang sekadar menjaga gawang.

"Kami kehabisan ammo hukum!" seru salah satu penyidik sebelum akhirnya diamankan dalam operasi suppressing fire yang dikomandoi oleh elite politik. Para Snake Eater birokrasi yang mencoba bertahan hanya bisa berharap pada operasi Dustoff, tapi sayangnya, helikopter penyelamat sudah dikuasai oleh pihak lawan.

Sementara itu, rakyat yang berharap melihat aksi nyata hanya bisa pasrah. Dalam kamp perdebatan politik, hanya ada dua pilihan: bergabung dengan kampanye propaganda atau berakhir dalam status P.O.W. di penjara opini publik. Sejauh ini, hanya sedikit yang selamat tanpa luka dari pertempuran ini, dan semakin hari jumlah mereka semakin menipis.

Charlie Mike: Operasi Pemilu dan SitRep 2024

Dengan pemilu mendekat, seluruh unit harus bersiap menghadapi skenario Oscar Tango Mike dalam misi mempertahankan demokrasi yang semakin menyerupai operasi penyelamatan sandera. SitRep terbaru menunjukkan bahwa kampanye semakin menjadi ajang S.N.A.F.U., di mana taktik H.A.H.O. dan propaganda mulai diterapkan untuk menanamkan doktrin kepatuhan mutlak.

Beberapa kandidat sudah melakukan re-up dengan janji lama yang dikemas ulang, sementara yang lain hanya menjadi bagian dari clusterf*** yang lebih besar. Para veteran politik yang sudah lama berkecimpung di dunia ini hanya bisa mengamati dari kejauhan, bertanya-tanya siapa yang akan menjadi K.I.A. dalam pertempuran kali ini.

Di medan perang ini, rakyat hanyalah Grunt yang dikondisikan untuk menerima perintah, sementara para jenderal kampanye berstrategi di ruangan dingin dengan segala fasilitas. Tidak ada yang tahu apakah akhirnya akan ada kemenangan bagi demokrasi atau justru hanya perpanjangan status quo.

Rakyat hanya bisa berharap bahwa pada akhirnya, akan ada satu unit Quick Reaction Force yang bisa mematahkan dominasi Tango-Tango politik yang sudah terlalu lama bermain di medan tempur ini. Sampai saat itu tiba, mari nikmati M.R.E. kebijakan yang rasanya semakin hambar dan duduk manis di bivouac sambil menyaksikan clusterf*** ini terus berlangsung.

Over and out.

Comments

Popular posts from this blog

Al-Qur'an: Masterpiece Copywriting dari Sang Pencipta

Pernahkah Anda berpikir bahwa Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, bisa disebut sebagai bentuk copywriting yang sempurna? Bagi sebagian orang, gagasan ini mungkin terdengar unik, bahkan mengejutkan. Namun, jika kita melihat lebih dalam, keindahan, kekuatan pesan, dan pengaruh emosional dalam Al-Qur'an memang memiliki banyak kesamaan dengan elemen-elemen dalam seni copywriting . Bahkan, ia melampaui batasan copywriting modern dengan tujuan yang jauh lebih mulia dan dampak yang abadi. Mari kita bedah bersama mengapa Al-Qur'an layak disebut sebagai karya copywriting yang sempurna. Apa Itu Copywriting? Sebelum masuk ke inti pembahasan, mari kita definisikan dulu apa itu copywriting . Secara sederhana, copywriting adalah seni menulis teks yang dirancang untuk memengaruhi pembaca atau audiens agar melakukan tindakan tertentu. Dalam dunia pemasaran, ini sering kali berarti membeli produk, mendaftar layanan, atau bahkan sekadar memberikan perhatian pada suatu pesan. Teks copywriti...

Tren "We Listen, We Don't Judge": Ketika Sepak Bola Humor Salah Kaprah di Indonesia

  Sepak bola dan tren media sosial punya kesamaan menarik: dua-duanya seru, penuh strategi, tapi sering juga salah kaprah saat dimainkan di lapangan yang berbeda. Salah satu tren media sosial yang bikin geger adalah " We Listen, We Don't Judge ." Kalau diibaratkan sepak bola, ini seperti permainan passing bola yang rapi: intinya berbagi cerita tanpa  tackle  berlebihan. Tapi saat tren ini dibawa ke Indonesia, kadang rasanya seperti nonton  striker  ngotot bawa bola sendiri ke gawang... yang malah autogol. Kick-Off: Makna Asli Tren Tren " We Listen, We Don’t Judge " dimulai dengan niat mulia. Bayangkan seorang  striker  yang bekerja sama dengan tim, oper bola cantik, dan akhirnya cetak gol bersama-sama. Di tren ini, semua orang berbagi cerita lucu tentang diri sendiri, sambil memastikan nggak ada yang merasa di- tackle  habis-habisan. Misalnya: "Kemarin ngantuk banget, salah masuk kamar orang lain di hotel. Untung nggak kena  ...

Pedang yang Tak Pernah Mereka Pegang, Tapi Darahnya Menggenang

Mereka bilang Islam menyebar dengan pedang. Itu sudah lagu lama. Kaset usang yang terus diputar ulang, bahkan saat listrik mati akal sehat. Dari ruang kelas hingga siaran televisi, dari artikel ilmiah yang pura-pura netral hingga obrolan kafe yang penuh superioritas samar—semua ikut bernyanyi dalam paduan suara yang berlagak objektif, tapi sebenarnya penuh kebencian dan ketakutan yang diwariskan secara turun-temurun. Konon, agama ini ekspansionis. Konon, para penganutnya doyan perang. Tapi mari kita berhenti sejenak. Tarik napas. Lihat sekeliling. Lihat reruntuhan di Irak yang bahkan belum sempat dibangun kembali. Lihat anak-anak di Gaza yang hafal suara drone lebih daripada suara tawa. Lihat reruntuhan peradaban yang ditinggal pergi oleh para pembawa “perdamaian.” Lalu tanya satu hal sederhana: siapa sebenarnya yang haus darah? Barat menyukai wajahnya sendiri di cermin. Tapi bukan cermin jujur—melainkan cermin sihir seperti di kisah ratu jahat. Di dalamnya, wajah pembantai bisa te...