Di dunia penyiaran, glamornya layar kaca ternyata tak mampu menutupi satu fakta busuk: freelancer dibayar semaunya, bukan semestinya . Di balik tawa presenter dan gemerlap lighting, ada pekerja lepas yang haknya ditahan berbulan-bulan—tanpa malu, tanpa empati, dan seringkali, tanpa alasan logis. Kami, para freelancer, bukan figuran dalam ekonomi industri kreatif. Kami menyumbangkan suara, ide, dan waktu tidur demi siaran yang katanya "berkelas." Tapi giliran bayar? Tunggu tayang dulu, katanya. Enam bulan belum juga lunas, katanya. Yang baru dibayar ya 3 bulan aja dulu, katanya. Yang penting “kerjasamanya tetap terjalin”, katanya. Seolah hak pekerja adalah opsional , bukan kewajiban. Dan untuk para petinggi produksi yang mungkin tidak takut pada pasal kontrak, izinkan saya memperkenalkan Anda pada satu “musuh” yang tidak bisa Anda tuntut balik di pengadilan negeri. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits shahih riwayat Bukhari: "Allah berfirman: Ada tiga golongan yang aka...